Kamis, 09 Januari 2020

Rokok itu sudah tidak manis lagi dimulut

Pagi itu seorang laki laki nampak termenung disudut ruang RS. Tampak guratan lelah pada wajahnya, matanya cekung petanda kurang tidurnya ia semalaman. Dilihatnya istrinya tertidur dilantai ruang tunggu RS, tampak air mata yang mengalir sedari malam belum tampak kering betul pada wajahnya.

Ia pun melangkahkan kaki kembali kekaca kecil yang ada pada pintu pemisah antara dia dan anaknya. Tampak anaknya yang masih balita masih tak sadarkan diri,terpasang selang bantu nafas yang terhubung pada sebuah alat yg ia tau itu adalah ventilator atau alat bantu nafas yg dijelaskan dokter anak td malam.

Dengan gontai iapun keluar RS dan menuju pojokan halaman yang tak tampak oleh siapa siapa, perlahan diambilnya sebatang rokok dari sakunya,dibakar dan dihisapnya dalam dalam.. tak terhitung sudah berapa batang rokok ia hisap sedari malam,sejak anaknya yg masih balita ia larikan ke IGD RS karena batuk dan sesak sudah beberapa hari ini, dan puncaknya td malam ketika anak perempuan tercintanya tersebut tampak membiru karena henti nafas.

Rokok itu semakin tidak terasa enak lagi dimulut ketika ia ingat anak laki lakinya usia 11 tahun yang juga sakit sakitan dirumah, karena asthma yang sering kumat kumatan. Tak terhitung sudah berapa kali dibawa ke IGD RS dan kontrol kedokter anak..

Rokok yg ada dimulutnya perlahan diambilnya dan dimatikan dan diinjaknya ketanah, ditutupnya kedua matanya dan tangis yg sudah ditahan sedari malam pecah tumpah ruah..

Laki laki yg sudah lama tak menangis itu,sekarang bagai pohon tua nan rapuh dan usang.. 

Ia menyesali dirinya yang menyebabkan anak anaknya jatuh sakit, anak anak yg ia cintai, dan ia jaga dan ia nafkahi dengan hasil kerja kerasnya, pelipur rasa lelah dan harapan masa depannya. Saat ini terbaring sakit berat karena kebiasaan yg sudah bertahun tahun ia lakukan ,kebiasaan yang sudah diingatkan istrinya untuk dihentikan, kebiasaan yg ia lakukan diam diam bersama teman temannya..yang dulupun ia tidak percaya bahayanya sampai ia merasakannya sendiri saat ini..

Tangisnya mulai reda, dihapusnya air matanya tadi agar tidak terlihat oleh istrinya. Perlahan ia kembali menuju ruang intensif rawat anak tempat anaknya berada..

ketika melewati sebuah tong sampah dilemparnya sebuah bungkusan yang sudah hancur karena diremasnya sekuat tenaga. 
Tampak disana sebuah bungkusan kotak kecil dengan peringatan yang disertai gambar seorang pria yg merokok dengan anak kecil digendongannya.

Masih terngiang pertanyaan singkat dokter jaga semalam ditelinganya

"Bapak merokok?"


Diatas adalah sebuah kasus yang sering kami temukan di RS. Kasus anak anak yg sakit akibat terpapar asap rokok sang ayah,kakek atau pamannya.

Didunia kedokteran selain perokok pasif saat ini juga dikenal perokok tangan ketiga (thirdhand smoker). Ia merupakan kelompok perokok pasif yang sangat beresiko , dimana paparan racun asap rokok terjadi akibat kontak dengan benda benda yang terpapar asap rokok, seperti:
-pakaian
-Boneka 
-Tempat tidur
-Meja
-sofa dan tempat duduklainnya
-karpet (tempat bayi merangkak)
Bahkan kulit dari perokok

Karena zat kimia dari rokok menempel dan mengendap dipermukaan benda benda tersebut.

Untuk anda yg merokok dan merasa tidak merokok didalam rumah, pakaian dan kulitmu bisa menyebabkan anak anakmu terpapar racun asap rokok meski mereka tidak pernah merokok.

Jadi anda sayang anak atau rokok?

Semoga diberikan hidayah oleh Allah Subhanawataala 

Allahua'lam

Fp Dokter Indonesia Bertauhid 

-----
Tak hanya perokok pasif,bahaya rokok hingga tangan ketiga

Sejak lama, para ahli kesehatan sepakat bahwa asap rokok berbahaya bagi kesehatan manusia. Namun, sampai mana asap itu berpotensi merugikan manusia masih terus dikaji.

Dalam sebuah studi terbaru, efek buruk ternyata tak hanya sampai di lapisan perokok pasif alias tangan kedua saja.

Melansir Gulf News, Rabu (30/5/2018), riset mulai menemukan berbagai bahaya pada derajat ketiga, atau tangan ketiga. Walau studi yang dilakukan masih terbatas, namun para peneliti sudah bisa memastikan, zat kimia rokok bisa tertinggal di berbagai permukaan, pakaian, dan kulit.

Satu studi yang dilakukan tahun ini menemukan, partikel berbahaya dari rokok bisa terserap oleh kulit, tercerna atau bahkan terisap sampai berbulan-bulan setelahnya.

Mereka yang terpapar bahaya rokok pada tahapan ketiga ini kemudian akan memiliki risiko lebih besar terkena kanker paru-paru.

Studi baru, diterbitkan dalam jurnal Science Advances, menunjukkan bagaimana asap rokok dari luar ruangan meresap masuk ke dalam ruang-ruang bebas rokok, dan menyelimuti berbagai permukaan dalam ruangan tersebut.

Partikel berbahaya tadi akan mengudara, dan tersirkulasi ke seluruh bagian gedung melalui sistem pendingin ruangan sentral.

"Hal ini menunjukkan, hanya karena Anda berada di lingkungan bebas rokok, bukan berarti Anda aman dari bahayanya," ujar Peter DeCarlo, pakar kimia atmosfer dari Drexel University di Philadelphia.

Menyerang mereka yang paling rentan

Para pakar kesehatan khawatir, bahaya rokok tangan ketiga ini akan menyerang mereka yang paling rentan. Seperti misalnya, bayi yang merangkak di lantai akan berkontak lebih banyak dengan karpet yang menyimpan bekas residu rokok.

Belum lagi, karena semakin besarnya perbedaan sosioekonomi dari rokok, keluarga-keluarga dari kalangan menengah ke bawah memiliki kemungkinan besar tinggal di lingkungan yang sudah menjadi wadah bahaya rokok tangan ketiga.

"Saya rasa kita tidak benar-benar sadar seberapa besar permasalahan ini," ujar Matthew L. Myers, presiden dari Campaign for Tobacco-Free Kids. "Mustahil untuk ditentukan dari data ilmiah saat ini, seberapa luas dan serius risikonya. Tapi apa yang sudah berhasil kamu temukan semakin menambah alasan, kenapa rokok harus dilarang di tempat umum."

1 komentar: