Selasa, 30 Juli 2019

INDAHNYA BERSENGGAMA

🙏 Tulisan saya ini bukan konten pornografi.Sekedar hanya menyampaikan saja...semoga bermanfaat

INDAHNYA BERSENGGAMA

Imam Ibnu Qoyyim -rahimahullah- berkata :

وَأَمَّا الْجِمَاعُ وَالْبَاهُ، فَكَانَ هَدْيُهُ فِيهِ أَكْمَلَ هَدْيٍ، يَحْفَظُ بِهِ الصِّحَّةَ، وَتَتِمُّ بِهِ اللَّذَّةُ وَسُرُورُ النَّفْسِ، وَيَحْصُلُ بِهِ مَقَاصِدُهُ الَّتِي وُضِعَ لِأَجْلِهَا، فَإِنَّ الْجِمَاعَ وُضِعَ فِي الْأَصْلِ لِثَلَاثَةِ أُمُورٍ هِيَ مَقَاصِدُهُ الْأَصْلِيَّةُ:

Adapun bersenggama atau  hubungan seksual, sungguh petunjuk beliau -shalallahu alaihi wasallam-  dalam masalah ini merupakan petunjuk yang paling sempurna. Dengan bersenggama, kesehatan akan terjaga, kelezatan dan keceriaan jiwa akan sempurna, dan akan tercapai semua maksud yang telah diletakkan karenanya. Bersenggama atau hubungan seksual pada dasarnya diletakkan untuk tiga perkara yang merupakan tujuan asalnya:

أَحَدُهَا: حِفْظُ النَّسْلِ، وَدَوَامُ النَّوْعِ إِلَى أَنْ تَتَكَامَلَ الْعُدَّةُ الَّتِي قَدَّرَ اللَّهُ بُرُوزَهَا إِلَى هَذَا الْعَالَمِ.

Pertama: menjaga keturunan, melestarikan makhluk jenis manusia sampai sempurnanya jumlah/bilangan yang telah ditentukan oleh Allah Ta’ala kemunculannya di alam semesta ini.

الثَّانِي: إِخْرَاجُ الْمَاءِ الَّذِي يَضُرُّ احْتِبَاسُهُ وَاحْتِقَانُهُ بِجُمْلَةِ الْبَدَنِ.

Kedua: mengeluarkan sperma, yang jika ditahan dan tidak dikeluarkan akan membawa kemudharatan bagi badan.

الثَّالِثُ: قَضَاءُ الْوَطَرِ، وَنَيْلُ اللَّذَّةِ، وَالتَّمَتُّعُ بِالنِّعْمَةِ، وَهَذِهِ وَحْدَهَا هِيَ الْفَائِدَةُ الَّتِي فِي الْجَنَّةِ، إِذْ لَا تَنَاسُلَ هُنَاكَ، وَلَا احْتِقَانَ يَسْتَفْرِغُهُ الْإِنْزَالُ.

Ketiga: menyalurkan nafsu syahwat, dan mendapatkan kelezatan serta bersenang-senang dengan kenikmatan. Dan ini adalah satu-satunya faedah jima' yang akan dijumpai di dalam surga, yang di sana tidak terdapat perolehan keturunan, dan tidak akan dijumpai tertahannya huhungan seksual karena selesainya hubungan tersebut dengan keluarnya sperma. (Thibbun Nabawi, Ibnu Qoyyim 1/187)

Beliau -rahimahulah- menambahkan :

وَقَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: يَنْبَغِي لِلرَّجُلِ أَنْ يَتَعَاهَدَ مِنْ نَفْسِهِ ثَلَاثًا: أَنْ لَا يَدَعَ الْمَشْيَ، فَإِنِ احْتَاجَ إِلَيْهِ يَوْمًا قَدَرَ عَلَيْهِ، وَيَنْبَغِي أَنْ لَا يَدَعَ الْأَكْلَ، فَإِنَّ أَمْعَاءَهُ تَضِيقُ، وَيَنْبَغِي أَنْ لَا يَدَعَ الْجِمَاعَ، فَإِنَّ الْبِئْرَ إِذَا لَمْ تُنْزَحْ ذَهَبَ مَاؤُهَا



Sebagian Salaf berkata: "Setiap orang wajib melaksanakan tiga perkara untuk dirinya:
1. Tidak meninggalkan berjalan kaki dalam sehari sesuai kebutuhan yang ia tentukan untuk dirinya.
2. Seyogyanya tidak meninggalkan makan. Jika ia meninggalkan makan, lambungnya akan menyempit.
3. Hendaknya tidak meninggalkan hubungan seksual. Sebagaimana sumur, apabila airnya tidak diambil, rnaka airnya akan sirna dengan sendirinya.'' (Thibbun Nabawi Ibnu Qoyyim 1/187)

Muahammad bin Zakariya -rahimahullah- mengatakan :

مَنْ تَرَكَ الْجِمَاعَ مُدَّةً طَوِيلَةً ضَعُفَتْ قُوَى أَعْصَابِهِ، وَانْسَدَّتْ مَجَارِيهَا، وَتَقَلَّصَ ذَكَرُهُ

 "Barangsiapa meninggalkan hubungan seksual dalam jangka waktu yang sangat lama, kekuatan otot-ototnya akan melemah, salurannya akan tersumbat, dan kemaluannya akan mengkerut."

Beliau -rahimahullah- melanjutkan :

 وَرَأَيْتُ جَمَاعَةً تَرَكُوهُ لِنَوْعٍ مِنَ التَّقَشُّفِ، فَبَرُدَتْ أَبْدَانُهُمْ، وَعَسُرَتْ حَرَكَاتُهُمْ، وَوَقَعَتْ عَلَيْهِمْ كَآبَةٌ بِلَا سَبَبٍ، وَقَلَّتْ شَهَوَاتُهُمْ وَهَضْمُهُمْ،

 "Aku menjumpai sekelompok orang meninggalkan perkara ini dalam rangka menjalankan taqasysyuf (kehidupan yang meninggalkan kesenangan duniawi seperti hubungan intim). Maka dinginlah badan-badan mereka, gerakan mereka menjadi lamban, dan pada mereka akan muncul rasa sedih tanpa sebab, dan pada akhirnya melemahlah syahwat mereka." (Zaadul Ma'ad , Ibnu Qoyyim 4/228-229)

Imam Ibnu Qoyyim -rahimahullah- menambahkan penuturannya :

وَمِنْ مَنَافِعِهِ: غَضُّ الْبَصَرِ، وَكَفُّ النَّفْسِ، وَالْقُدْرَةُ عَلَى الْعِفَّةِ عَنِ الْحَرَامِ

Dan di antara manfaat hubungan seksual adalah:

1. Tertunduknya pandangan.
2. Menahan diri.
3. Kemampuan untuk menjaga kehormatan dari perkara yang diharamkan. (Zaadul Ma'ad , Ibnu Qoyyim 4/228-229)

Oleh karena itupula jima' atau bersenggama  bisa bernilaikan ibadah jika diniatkan demi hal hal diatas

Dari Abu Dzar -radhiyallahu anhu- dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- beliau  bersabda,

وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ »

“Dan hubungan intim di antara kalian adalah sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa mendatangi istri dengan syahwat (disetubuhi) bisa bernilai pahala?” Ia berkata, “Bagaimana pendapatmu jika ada yang meletakkan syahwat tersebut pada yang haram (berzina) bukankah bernilai dosa? Maka sudah sepantasnya meletakkan syahwat tersebut pada yang halal mendatangkan pahala.” (HR. Muslim : 1006).

Sebagaimana pula memberi nafkah kepada keluarga  yang diniatkan karena mengharap ganjaan dari Allah dicatat sebagai pahala sedekah

Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ

“Tidaklah nafkah yang engkau cari untuk mengharapkan wajah Allah kecuali engkau akan diberi balasan karenanya, sampai apa yang engkau masukkan dalam mulut istrimu.” (HR. Bukhari : 56)

Alangkah nikmatnya bagi mereka yang memiliki istri dan keluarga, dimana mereka bisa menambah dan memperberat amal kebajikannya dengan hal hal yang ringan dan menyenangkan bahkan mencandai istri yang bertujuan membuatnya gembira nilainya  ibadah, yang tentunya semua ini tidak bisa diraih oleh kaum yang masih jomblo, sebagaimana Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- mengisyaratkan bahwa sehebat apapun ibadah orang yang belum menikah , tidak akan sempurna agamanya sehingga ia menikah.

Dari Anas bin Malik -radhiyallahu ‘anhu-,  ia berkata bahwa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي

“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no 5486 . Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)

Bahkan tidak ada perhiasan terindah dan nikmat dunia terbesar selain istri shalihah.

Rasulullah -shalallahu'alaihi wa sallam- bersabda :

اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ.

"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik baik perhiasan adalah wanita shalihah" (HR. Muslim : 1467)

Jika dengan seorang istri saja demikian besar pahala dan kebaikan yang bisa diraih , maka bagaimana pula jika dari beberapa muslimah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar