Berdasarkan
lama terjadinya insomnia dapat dibagi menjadi transient insomnia,
insomnia akut, dan insomnia kronis. Transient insomnia berlangsung
kurang dari 1 minggu. Jika insomnia berlangsung lebih dari 1 bulan maka
dinamakan insomnia kronik. Insomnia akut berlangsung diantaranya.
Berdasarkan
penyebabnya insomnia dapat dibagi menjadi insomnia primer dan sekunder.
Insomnia primer belum diketahui secara pasti patogenesisnya sedangkan
insomnia sekunder dapat disebabkan stres psikososial, gangguan jiwa,
penyakit kronis yang diderita serta minuman/suplemen atau obat-obatan
yang digunakan.
2. Hipersomnia
Hipersomnia
adalah rasa kantuk yang berlebihan pada saat seseorang seharusnya
terjaga. Dapat disebabkan kualitas tidur yang buruk atau kuantitas tidur
yang kurang. Juga dapat disebabkan oleh beberapa keadaan atau penyakit
seperti hipotiroid berat (miksedema), hipoksia (kurang oksigen) dan
hiperkapnea (kelebihan CO2). Kualitas tidur yang buruk dapat disebabkan
oleh sleep apnea dan efek samping dari obat-obatan seperti antihistamin.
3. Sleep apnea (apnea tidur)
Sleep apnea adalah
henti napas yang berlangsung saat tidur. Sleep apnea ditandai dengan
adanya mendengkur yang keras bersifat sementara, singkat diikuti episode
henti napas yang berlangsung lebih dari 10 detik sehingga penderita
bisa mengalami hipoksia dan dapat terbangun berkali-kali oleh karena
sleep apnea ini dapat terjadi berulang-ulang. Lebih sering terjadi saat
berbaring terlentang oleh karena jalan napas tertutup jaringan lunak
seperti pangkal lidah. Usia tua lebih sering mengalami oleh karena
kekuatan otot jalan napas yang menurun. Juga dipicu obat-obatan yang
menekan fungsi saraf pusat dan penggunaan alkohol.
Ada tiga bentuk sleep apnea yaitu : sindrom apnea tidur obstruktif (Obstructive Sleep Apnea), sindroma apnea tidur sentral dan sindrom hipoventilasi alveolar sentral.
4. Parasomnia
Parasomnia
adalah perilaku aneh dan tidak lazim yang terjadi saat tidur.
Parasomnia terjadi antara peralihan fase tidur atau peralihan antara
tidur dan bangun.Pada usia muda dapat berupa somnambulism (sleep walking) dan sleep terrors. Pada usia tua dapat berupa mimpi buruk dan nocturnal leg cramps. Lainnya berupa sleep bruxism, nocturnal enuresis, sleep talking (menggigau), nocturnal confusion dan REM Sleep Behavior Disorder (RSBD).
Parasomnia sering dipicu oleh obat-obatan. Nocturnal leg cramps sering dipicu oleh kafein dan alkohol.
5. Gangguan pergerakan nocturnal (nocturnal movement disorder)
Ada 2 macam gangguan pergerakan nocturnal yaitu :
Restless Leg Syndrome (RLS)
RLS
ditandai dorongan yang kuat untuk memindah-mindah kaki secara cepat
ketika mau masuk tidur. Penderita sering mengeluh kaki terasa sakit
sehingga terbangun dan berjalan untuk mengurangi rasa sakit. Hal ini
membuat penderita kesulitan untuk tidur. Penyebabnya belum diketahui
secara pasti. Beberapa faktor risiko antara lain : kekurangan vitamin
terutama vitamin B, neuropati perifer (kaki diabetes atau uremik pada
gagal ginjal), Parkinson, varises, radikulopati lumbosakral,
hipoglikemi, hipotiroid, rematik dan asupan kafein yang berlebihan.
Periodic Limb Movement Disorder (PLMD) atau Mioklonus Nokturna
PLMD
ditandai dengan gerakan kaki berulang, stereotipi dan durasi pendek.
Gerakannya fleksi cepat dan periodik berlangsung 2-4 detik. Penyebabnya
belum jelas. Beberapa faktor risiko antara lain usia lanjut, defisiensi
besi dan genetic.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar