Selasa, 11 Februari 2014

Penyakit Gangguan Tidur

     

Terdapat 90 kelainan yang menyangkut gangguan tidur menurut klasifikasi internasional. Kelainan-kelainan tersebut digolongkan menjadi 4 kategori yaitu disomnia, parasomnia, gangguan tidur terkait masalah medis dan psikiatri, dan gangguan tidur yang tidak terklasifikasikan. Berikut ini kami tampilkan gangguan tidur yang banyak dikeluhkan.

1. Insomnia

Insomnia adalah kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur yang menyebabkan kualitas dan kuantitas tidur berkurang. Wanita 1,4 kali lebih sering terkena dibandingkan pria.

Berdasarkan lama terjadinya insomnia dapat dibagi menjadi transient insomnia, insomnia akut, dan insomnia kronis. Transient insomnia berlangsung kurang dari 1 minggu. Jika insomnia berlangsung lebih dari 1 bulan maka dinamakan insomnia kronik. Insomnia akut berlangsung diantaranya.
Berdasarkan penyebabnya insomnia dapat dibagi menjadi insomnia primer dan sekunder. Insomnia primer belum diketahui secara pasti patogenesisnya sedangkan insomnia sekunder dapat disebabkan stres psikososial, gangguan jiwa, penyakit kronis yang diderita serta minuman/suplemen atau obat-obatan yang digunakan.
2. Hipersomnia
Hipersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan pada saat seseorang seharusnya terjaga. Dapat disebabkan kualitas tidur yang buruk atau kuantitas tidur yang kurang. Juga dapat disebabkan oleh beberapa keadaan atau penyakit seperti hipotiroid berat (miksedema), hipoksia (kurang oksigen) dan hiperkapnea (kelebihan CO2). Kualitas tidur yang buruk dapat disebabkan oleh sleep apnea dan efek samping dari obat-obatan seperti antihistamin.

3. Sleep apnea (apnea tidur)
Sleep apnea adalah henti napas yang berlangsung saat tidur. Sleep apnea ditandai dengan adanya mendengkur yang keras bersifat sementara, singkat diikuti episode henti napas yang berlangsung lebih dari 10 detik sehingga penderita bisa mengalami hipoksia dan dapat terbangun berkali-kali oleh karena sleep apnea ini dapat terjadi berulang-ulang. Lebih sering terjadi saat berbaring terlentang oleh karena jalan napas tertutup jaringan lunak seperti pangkal lidah. Usia tua lebih sering mengalami oleh karena kekuatan otot jalan napas yang menurun. Juga dipicu obat-obatan yang menekan fungsi saraf pusat dan penggunaan alkohol.
Ada tiga bentuk sleep apnea yaitu : sindrom apnea tidur obstruktif (Obstructive Sleep Apnea), sindroma apnea tidur sentral dan sindrom hipoventilasi alveolar sentral.
4. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku aneh dan tidak lazim yang terjadi saat tidur. Parasomnia terjadi antara peralihan fase tidur atau peralihan antara tidur dan bangun.Pada usia muda dapat berupa somnambulism (sleep walking) dan sleep terrors. Pada usia tua dapat berupa mimpi buruk dan nocturnal leg cramps. Lainnya berupa sleep bruxism, nocturnal enuresis, sleep talking (menggigau), nocturnal confusion dan REM Sleep Behavior Disorder (RSBD).
Parasomnia sering dipicu oleh obat-obatan. Nocturnal leg cramps sering dipicu oleh kafein dan alkohol.
5. Gangguan pergerakan nocturnal (nocturnal movement disorder)
Ada 2 macam gangguan pergerakan nocturnal yaitu :
Restless Leg Syndrome (RLS)
RLS ditandai dorongan yang kuat untuk memindah-mindah kaki secara cepat ketika mau masuk tidur. Penderita sering mengeluh kaki terasa sakit sehingga terbangun dan berjalan untuk mengurangi rasa sakit. Hal ini membuat penderita kesulitan untuk tidur. Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor risiko antara lain : kekurangan vitamin terutama vitamin B, neuropati perifer (kaki diabetes atau uremik pada gagal ginjal), Parkinson, varises, radikulopati lumbosakral, hipoglikemi, hipotiroid, rematik dan asupan kafein yang berlebihan.
Periodic Limb Movement Disorder (PLMD) atau Mioklonus Nokturna
PLMD ditandai dengan gerakan kaki berulang, stereotipi dan durasi pendek. Gerakannya fleksi cepat dan periodik berlangsung 2-4 detik. Penyebabnya belum jelas. Beberapa faktor risiko antara lain usia lanjut, defisiensi besi dan genetic.

Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu :

Tanpa menggunakan obat-obatan (terapi non farmakologi) dan menggunakan obat-obatan (terapi farmakologi)

Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain
1. terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
2. terapi tidur yang bersih,
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
3. terapi pengaturan tidur,
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya
4. terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri
5.Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
Terapi farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain :
1. Golongan obat hipnotik
2, Golongan obat antidepresan
3. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
4. Golongan obat antihistamin.
Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain yang telah disebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat dibantu dengan pemakaian masker oksigen (Continuous positive airway pressure) atau tindakan pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas pernapasan. Pada Restless Leg Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya untuk dapat memperoleh terapi yang adekuat.
 Seseorang akan dapat beraktivitas dengan baik apabila memperoleh tidur yang cukup. Bayi yang baru lahir membutuhkan tidur 16-20 jam sehari, anak-anak membutuhkan tidur 10-12 jam sehari, anak yang lebih besar (usia diatas 10 tahun) membutuhkan tidur 9-10 jam sehari dan pada orang dewasa membutuhkan tidur 7-7,5 jam sehari. Walaupun demikian ada orang yang tidurnya lebih lama atau kurang.

Kebutuhan tidur diatur oleh suatu proses di otak yang mengatur irama sirkardian. Irama sirkardian merupakan irama kehidupan sesuai dengan beredarnya waktu dalam sehari yang meliputi perubahan gelap (malam) dan terang (siang). Pada otak terdapat pusat kontrol irama sirkandian yang tepatnya di nucleus supra chiasmatic (NCS) di bagian depan hipotalamus. Jika waktu terang maka NSC mengeluarkan hormon yang merangsang peningkatan suhu badan sehingga orang menjadi terbangun. Jika saat gelap, NSC merangsang pengeluaran hormon melatonin yang menyebabkan orang menjadi mengantuk dan tidur.

Tidur dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu fase Rapid Eye Movement (REM = gerakan bola mata cepat) dan fase Non Rapid Eye Movement (NREM). Fase awal tidur didahului fase NREM kemudian diikuti fase REM. Pada tidur normal antara NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 siklus.

Fase NREM berlangsung 70-100 menit, dapat dibagi lagi menjadi 4 tahap yaitu :
Tidur stadium 1
Fase ini antara terjaga dan tidur. Fase ini berlangsung 3-5 menit. Pada fase ini kelopak mata tertutup dan tampak gerakan bola mata ke kanan dan kiri. Fase ini mudah dibangunkan dan bila dibangunkan merasa seperti setengah tidur. Gambaran Elektro Encephalography (EEG) terdiri dari gelombang campuran alfa, beta dan kadang-kadang teta dengan voltase rendah, tidak didapatkan gelombang sleep spindle dan kompleks K.
Tidur stadium 2
Tidur lebih dalam dari fase pertama dan didapatkan bola mata berhenti bergerak. Gambaran Elektro Encephalography (EEG) terdiri dari gelombang teta simetris, didapatkan gelombang sleep spindle, gelombang vertex dan kompleks K.
Tidur stadium 3
Tidur lebih dalam dari fase kedua. Gambaran Elektro Encephalography (EEG) terdiri dari gelombang delta simetris 20-50 % dan didapatkan gelombang sleep spindle.
Tidur stadium 4
Tidur lebih dalam lagi dan susah dibangunkan. Gambaran Elektro Encephalography (EEG) terdiri dari gelombang delta simetris 50 % dan didapatkan gelombang sleep spindle.
Fase REM
Fase ini terjadi setelah fase NREM dan pada saat jam pertama prosesnya terjadi lebih cepat dan lebih panjang pada menjelang bangun. Fase REM ditandai dengan gerakan bola mata cepat dan apabila dibangunkan hampir semua orang dapat menceritakan mimpinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar