AIR, BOILER DAN COOLING . TOWER
Kegunaan air dalam proses industri sangat banyak sekali, selain sebagai air baku pada industri air minum dan pemutar turbin pada pembangkit tenaga listrik, juga sebagai alat bantu utama dalam kerja pada proses – proses industri. Selain itu juga air digunakan sebagai sarana pembersihan ( cleaning ) baik itu cleaning area atau alat – alat produksi yang tidak memerlukan air dengan perlakuan khusus atau cleaning dengan menggunakan air dengan kualitas dan prasyarat tertentu yang membutuhkan sterilisasi dan ketelitian yang tinggi. Dalam hal ini pembahasan difokuskan pada air sebagai penghasil energi kalor dan sebagai penyerap energi kalor ( pendingin ) dalam industri pada umumnya.
A. Air umpan boiler
Boiller adalah tungku dalam berbagai bentuk dan ukuran yang digunakan untuk menghasilkan uap lewat penguapan air untuk dipakai pada pembangkit tenaga listrik lewat turbin, proses kimia, dan pemanasan dalam produksi.
Sistem kerjanya yaitu air diubah menjadi uap. Panas disalurkan ke air dalam boiler, dan uap yang dihasilkan terus – menerus. Feed water boiler dikirim ke boiler untuk menggantikan uap yang hilang. Saat uap meninggalkan air boiler, partikel padat yang terlarut semula dalam feed water boiler tertinggal.
Partikel padat yang tertinggal menjadi makin terkonsentrasi, dan pada saatnya mencapai suatu level dimana konsentrasi lebih lanjut akan menyebabkan kerak atau endapan untuk membentuk pada logam boiler.
Ketidaksesuaian kriteria air umpan boiler menurut baku mutu diatas akan mempengaruhi berbagai hal, misalnya :
1. Korosi
Peristiwa korosi adalah peristiwa elektrokimia, dimana logam berubah menjadi bentuk asalnya akibat dari oksidasi yang disebabkan berikatannya oksigen dengan logam, atau kerugian logam disebabkan oleh akibat beberapa kimia
Penyebab korosi Boiller:
– Oksigen Terlarut
– Alkalinity ( Korosi pH tinggi pada Boiler tekanan tinggi )
– Karbon dioksida ( korosi asam karbonat pada jalur kondensat )
– Korosi khelate ( EDTA sebagai pengolahan pencegah kerak )
Akibat dari peristiwa korosi adalah penipisan dinding pada permukaan boiler sehingga dapat menyebabkan pipa pecah atau bocor.
2. Kerak
Pengerakan pada sistem boiler :
– Pengendapan hardness feedwater dan mineral lainnya
– Kejenuhan berlebih dari partikel padat terlarut ( TDS ) mengakibatkan tegangan permukaan tinggi dan gelembung sulit pecah
– Kerak boiler yang lazim : CaCO3, Ca3 (PO4)2, Mg(OH)2, MgSiO3, SiO2, Fe2(CO3)3, FePO4
3. Endapan
Pembekuan material non mineral pada boiler, umumnya berasal dari:
– Oksida besi sebagai produk korosi
– Materi organic ( kotoran – bio, minyak dan getah ), Boiler bersifat alkalinity jika terkena gliserida maka akan terjadi reaksi penyabunan.
– Partikel padat tersuspensi dari feedwater ( tanah endapan dan pasir )
Dari peristiwa – peristiwa ini mengakibatkan terbentuknya deposit pada pipa superheater, menyebabkan peristiwa overheating dan pecahnya pipa, terbentuknya deposit pada sirip turbin, menyebabkan turunnya effisiensi
B. Air pendingin dan sirkulasi sebagai Cooling tower dan Chiller
Colling tower atau menara pendingin adalah suatu sistem pendinginan dengan prinsip air yang disirkulasikan. Air dipakai sebagai medium pendingin, misalnya pendingin condenser, AC, diesel generator ataupun mesin – mesin lainnya.
Jika air mendinginkan suatu unit mesin maka hal ini akan berakibat air pendingin tersebut akan naik temperaturnya, misalnya air dengan temperature awal ( T1 ) setelah digunakan untuk mendinginkan mesin maka temperaturnya berubah menjadi ( T2 ). Disini fungsi cooling tower adalah untuk mendinginkan kembali T2 menjadi T1 dengan blower / fan dengan bantuan angin. Demikian proses tersebut berulang secara terus menerus.
Sedangkan pada chiller temperature yang dibutuhkan relative lebih rendah dibandingkan penggunaan Colling tower.
Beda antara cooling dan chiller adalah pada sistem yang digunakan. Maksudnya, bila cooling adalah sistem terbuka sedangkan pada chiller adalah sistem tertutup sehingga proses penguapan lebih rendah dibandingkan dengan sistem terbuka.
Sistem air cooling dapat dikategorikan dua tipe dasar, sebagai berikut :
1. Sistem air cooling satu aliran
Sistem air cooling satu arah adalah satu diantara aliran air yang hanya melewati satu kali penukar panas. Dan lalu dibuang kepembuangan atau tempat laindalam proses.
Sistem tipe ini mempergunakan banyak volume air. Tidak ada penguapan dan mineral yang terkandung didalam air masuk dan keluar penukar panas. Sistem air cooling satu arah biasa digunakan pada terminal tenaga besar dalam situasi tertutup dari air laut atau air sungai dimana persediaan air cukup tinggi.
2. Sistem air cooling sirkulasi
Pada sistem sirkulasi terbuka ini, air secara berkesinambungan bersikulasi melewati peralatan yang akan didinginkan dan menyambung secara seri. Transfer panas dari peralatan ke air, dan menyebabkan terjadinya penguapan ke udara. Penguapan menambah konsentrasi dan padatan mineral dalam air dan ini adalah efek kombinasi dari penguapan dan endapan, yang merupakan konstribusi dari banyak masalah dalam pengolahan dengan sistem sirkulasi terbuka.
Pada peristiwa sirkulasi air ini, akan terjadi proses – proses sebagai berikut :
a. Pendinginan air cooling tower adakah atas dasar penguapan ( Evaporasi )
Pada peristiwa fisika dikenal prinsip “ jumlah kalor yang diterima = jumlah kalor yang dilepaskan “. Kalor untuk melakukan pendinginan dari T2 menjadi T1 sama dengan kalor penguapan atau dengan kata lain air tersebut menjadi dingin dikarenakan sebagian dari air tersebut menguap.
Untuk cooling tower, besarnya penguapan dapat dihitung bila diketahui kapasitas pompa sirkulasi ( m3/jam )
b. Pada air Cooling tower terjadi pemekatan Garam.
Dengan adanya penguapan maka lama kelamaan seluruh mineral yang tidak dapat menguap akan berkumpul sehingga terjadi pemekatan. Dengan banyaknya mineral yang terkandung pada air Cooling tower perlu dilakukan proses Bleed Off dan penambahan air make up. Air yang menguap adalah air yang murni bebas dari garam – garam mineral dengan konsentrasi = 0. Pada cooling tower dapat diketahui siklus air pada unit cooling tower adalah dengan cara :
Dengan rumus
Cycle = Tower water chloride
Make up water chloride
Tanpa menggunakan parameter khlorida, siklus dapat diketahui dengan membaca konduktivity, yaitu dengan membandingkan konduktivity air tower dengan konduktivity air make up.
Masalah yang sering timbul dalam pada seluruh sistem air cooling adalah:
– Korosif
Pada pH yang rendah menyebabkan terjadinya korosi pada logam. Begitu juga nitrifying. Penyebab lain adalah dengan adanya bakteri yang dapat menghasilkan asam sulfat. Bakteri yang memiliki kemampuan untuk mengubah hydrogen sulfide menjadi sulfur kemudian mengubah menjadi asam sulfat. Bakteri ini menyerang logam besi, logam lunak dan steiless steel, hidup sebagai anaerobic ( tanpa udara )
– Kerak
Pembentukan kerak diakibatkan oleh kandungan padatan terlarut dan material anorganik yang mencapai limit control.
Metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembentukan kerak antara lain :
1. Menghambat kerak dengan mengontrol pH
Dalam keadaan asam lemah ( kira – kira pH 6,5 ). Asam sulfat yang paling sering digunakan untuk ini, memiliki dua efek dengan memelihara pH dalam daerah yang benar dan mengubah kalsium karbonat, ini memperkecil resiko terbentuknya kerak kalsium sulfat. Ini memperkecil resiko terbentuknya kerak kalsium karbonat dan membiarkan cycle yang tinggi dari konsentrasi dalam sistem.
- Mengontrol kerak dengan bleed off
Bleed off pada sirkulasi air cooling terbuka sangat penting untuk memastikan bahwa air tidak pekat sebagai perbandingan untuk mengurangi kelarutan dari garam mineral yang kritis. Jika kelarutan ini berkurang kerak akan terbentuk pada penukar panas.
- Mengontrol kerak dengan bahan kimia penghambat kerak.
Bahan kimia umumnya berasal dari organic polimer, yaitu polyacrilik dan polyacrilik buatan.
– Masalah mikrobiologi
Microorganisme juga mampu membentuk deposit pada sembarangan permukaan. Hampir semua jasad renik ini menjadi kolektor bagi debu dan kotoran lainnya. Hal ini dapat menyebabkan efektivitas kerja cooling tower menjadi terganggu.
– Masalah kontaminasi
Keadaan cooling tower yang terbuka dengan udara bebas memungkinkan organisme renik untuk tumbuh dan berkembang pada sistem, belum lagi kualitas air make up yang digunakan.
PENGOLAHAN AIR UMPAN KETEL
Kebutuhan energi dan sistem pemanasan dalam industri umumnya dipenuhi
dengan cara memanfaatkan steam yang dibangkitkan dalam suatu ketel (boiler).
Air yang berasal dari sungai, danau, dan sumur, tidak dapat langsung digunakan
untuk air umpan ketel. Air yang digunakan harus diolah terlebih dahulu, karena jika
tidak, maka masa pakai ketel akan berkurang.
5.1 Persyaratan Air Umpan Ketel
Penggunaan air umpan ketel yang tidak memenuhi persyaratan akan
menimbulkan beberapa masalah, antara lain :
i. Pembentukan kerak
ii. Terjadinya korosi
iii. Pembentukan busa
Pembentukan Kerak Ketel
Kerak pada ketel dapat terjadi karena pengendapan (precipitation) langsung dari
zat pengotor pada permukaan perpindahan panas, atau karena pengendapan zat
tersuspensi dalam air yang kemudian, melekat pada logam dan menjadi keras. Kerak
dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan-lanjut setempat (local overheating) dan
logam ketel gagal berfungsi (failure). Macam-macam kerak yang dapat terbentuk akibat
senyawa-senyawa impurities pada air umpan ketel ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Korosi pada Ketel
Pengertian korosi secara sederhana adalah perubahan kembali logam menjadi
bentuk bijihnya. Proses korosi sebenarnya merupakan proses elektrokimia yang rumit
dan kompleks. Korosi dapat menimbulkan kerusakan yang luas pada permukaan logam.
Penyebab utama timbulnya korosi, antara lain :
i. pH air yang rendah
ii. Gas-gas yang terlarut dalam air seperti : O2, CO2, dan lain-lain
iii. Garam-garam terlarut dan padatan tersuspensi
Kontak antara permukaan logam dan air menyebabkan terjadinya reaksi korosi sebagai
berikut :
Fe + 2 H2O ↔ Fe(OH)2 + H2 (5.1)
Pengolahan dan Penyediaan Air
Bab 5 – Pengolahan Air Umpan Ketel 5-2
Reaksi di atas pada suatu saat akan mencapai keadaan kesetimbangan dan korosi tidak
akan berlanjut; akan tetapi adanya oksigen terlarut dan pH air yang rendah akan
mengakibatkan terganggunya kesetimbangan dan reaksi bergeser ke sebelah kanan.
Reaksi yang terjadi akibat adanya oksigen dan pH yang rendah adalah sebagai berikut :
4 Fe(OH)2 + O2 + 2 H2O ↔ Fe(OH)3 (5.2)
2 H2 + O2 ↔ 2 H2O (5.3)
Fe(OH)2 + 2 H+ ↔ Fe2+ + 2 H2O (5.4)
Pergeseran arah reaksi korosi ke sebelah kanan menyebabkan berlanjutnya peristiwa
korosi pada logam-ketel. Alkalinitas yang rendah dan adanya garam-garam dan padatan
terlarut dalam air dapat membantu terjadinya korosi.
Pembentukan busa
Pembentukan busa (foaming) adalah peristiwa pembentukan gelembunggelembung
di atas permukaan air dalam drum boiler. Penyebab timbulnya busa adalah
adanya kontaminasi oleh zat-zat organik atau zat-zat kimia yang ada dalam air ketel
tidak terkontrol dengan baik. Busa dapat mempersempit ruang pelepasan uap-panas
(steam-release space) dan dapat menyebabkan terbawanya air serta kotoran-kotoran
bersama-sama uap air. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh hal ini adalah terjadinya
endapan dan korosi pada logam-logam dalam sistem ketel.
Pengolahan Air Umpan Ketel Secara Umum
Sebelum digunakan sebagai umpan air yang berasal dari berbagai jenis sumber,
diolah dengan menggunakan metoda yang telah diterangkan pada sub bab 4.1. Setelah
mengalami pengolahan pendahuluan (pengolahan eksternal ), air umpan boiler harus
mengalami pengolahan khusus.
Pengolahan ini menggunakan berbagai macam zat kimia, yang diinjeksikan /ditambahkan
ke air umpan boiler. Penambahan bahan kimia ini diharapkan dapat
digunakan untuk mencegah berbagai akibat yang dapat merugikan performansi kerja
dari ketel.
Penambahan bahan-bahan kimia pada air umpan boiler merupakan proses yang
esensial, terlepas dari kenyataan apakah air itu diolah atau tidak sebelumnya. Oleh
karena itu, pengolahan eksternal dalam beberapa hal tidak diperlukan, sehingga air
dapat langsung digunakan setelah penambahan beberapa bahan-bahan kimia saja.
Contoh penambahan bahan-bahan kimia pada air umpan ketel tanpa harus mengalami
pengolahan terlebih dahulu adalah :
- apabila ketel beroperasi pada tekanan rendah atau sedang
- apabila sejumlah besar kondensat digunakan kembali sebagai air umpan
- atau bila air baku yang digunakan untuk air umpan ketel telah memiliki kualitas
yang baik
Proses pengolahan air dengan penambahan bahan-bahan kimia ini memiliki
beberapa kesulitan. Kesulitan yang utama adalah adalah bila kesadahan air umpan
Pengolahan dan Penyediaan Air
Bab 5 – Pengolahan Air Umpan Ketel 5-4
sangat tinggi sehingga banyak lumpur yang terbentuk. Hal ini dapat menaikkan jumlah
blow down. Pengolahan air umpan ketel dengan penambahan bahan-bahan kimia yang
dilakukan tanpa pengolahan pendahuluan (pengolahan eksternal) juga memperbesar
kemungkinan pembentukan kerak pada sistem sebelum ketel dan pada saluran-saluran
air umpan.
5.3 Pengolahan Air Umpan Ketel dengan Penambahan Bahan-bahan Kimia
Tujuan penambahan bahan-bahan dalam proses pengolahan air umpan boiler
adalah sebagai berikut :
(1) Bereaksi dengan kesadahan dan kandungan silika air umpan dan mencegah
pengendapannya pada permukaan logam ketel sebagai kerak. Ion-ion kalsium dapat
diendapkan dalam bentuk kalsium hidroksi apatit (3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2) dan
kalsium karbonat (CaCO3), dan ion-ion magnesium dan silika diendapkan dalam
bentuk sarpentin (2MgSiO3.Mg(OH)2.H2O), magnesium silikat (MgSiO2) dan
magnesium hidroksida (Mg(OH)2). Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
3 Ca2+ + 2 PO4
3- Ca3(PO4)2 (5.5)
Ca2+ + HCO3
- + OH CaCO3 + H2O (5.6)
Mg2+ + 2 OH Mg(OH)2 (5.7)
3Mg2+ + 2OH- + 2SiO3
2- + H2O 2MgSiO3.Mg(OH)2.H2O (5.8)
4Mg2+ + 2OH- + 2PO4
3- 2Mg3(PO4)2.Mg(OH)2 (5.9)
pH yang cukup baik untuk proses ini adalah di atas 9,5. Kondisi ini memungkinkan
pembentukan endapan yang dapat mengalir dengan mudah pada saat dilakukan
blow down. Penggunaan bahan-bahan kimia khusus untuk mengendalikan
pembentukan kerak (chelating agents) merupakan alternatif lain yang dapat
dilakukan. Bahan-bahan kimia ini bersama ion-ion seperti kalsium dan magnesium
dapat membentuk senyawa kompleks yang larut dalam air. Penggunaan chelating
agents ini hanya sesuai untuk boiler bertekanan rendah dan air umpan ketel dengan
kesadahan yang rendah (1-2 ppm). Contoh dari chelating agent adalah NTA (nitrilo
triacetic acid) dan EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid).
(2) Menjadikan zat-zat tersuspensi seperti lumpur, kesadahan dan besi oksida menjadi
suatu massa yang tidak melekat pada logam ketel. Pengaturan sifat lumpur agar
tidak melekat pada logam ketel dilakukan dengan penggunaan bermacam-macam
Pengolahan dan Penyediaan Air
Bab 5 – Pengolahan Air Umpan Ketel 5-5
bahan organik yang masuk golongan tannin, lignin atau alginat. Bahan-bahan
organik ini perlu dipilih dan diproses sedemikian rupa sehingga efektif dan stabil
pada tekanan operasi ketel. Pengeluaran lumpur dari ketel dilakukan dengan cara
blow down.
(3) Menyediakan perlindungan anti busa untuk memungkinkan pemekatan padatan
terlarut dan tersuspensi dalam air ketel sampai taraf tertentu tanpa terjadi carry over.
Pembentukan carry-over dapat terjadi akibat disain ketel yang kurang baik, alat
pemisah steam dan air yang tidak efektif atau akibat level air yang tinggi. Busa
dapat terbentuk akibat adanya padatan yang terlarut atau tersuspensi dalam air,
alkalinitas atau akibat masuknya material yang dapat merangsang pembentukan
busa seperti kondensat steam yang terkontaminasi oleh minyak. Penggunaan
senyawa-senyawa pencegah pembentukan busa (anti foam agents), dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah ini, akan tetapi cara yang lebih ekonomis adalah dengan
melakukan pengolahan air yang baik, peningkatan blow down dari ketel dan
menghilangkan senyawa yang dapat membantu pembentukan busa dari kondensat
steam yang didaur ulang (recycle).
(4) Menghilangkan oksigen dari air dan menyediakan alkalinitas yang cukup untuk
mencegah korosi ketel. Sejumlah oksigen dapat terbawa dalam air umpan ketel
meskipun sudah melewati tahap deaerasi. Kandungan oksigen ini harus dihilangkan
untuk mencegah terjadinya korosi. Bahan kimia untuk menghilangkan oksigen
(chemical oxygen scavenger) yang biasa digunakan adalah natrium sulfit dan
hydrazine. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut :
2 Na2SO3 + O2 2 Na2SO4 (5.10)
N2H4 + O2 H2O + N2 (5.11)
Natrium sulfit digunakan pada proses ini karena alasan-alasan seperti : mempunyai
kecepatan reaksi yang cepat pada temperatur rendah, mudah untuk diumpankan dan
sisa yang tidak bereaksi dapat dianalisis dengan mudah. Hydrazine dapat digunakan
untuk menghilangkan oksigen tanpa menambah jumlah kandungan padatan terlarut
atau padatan tersuspensi. Hydrazine hanya dapat bereaksi dengan oksigen bebas
pada suhu tinggi, dan boiler dengan tekanan di bawah 400 psig tidak dapat
menggunakan senyawa ini. Hydrazine yang tidak bereaksi akan menambah
kandungan ammonia dan nitrogen bebas di air boiler. Hydrazine baik digunakan
jika pemakaian natrium sulfit menghasilkan impurities pada kukus yang dapat
Pengolahan dan Penyediaan Air
Bab 5 – Pengolahan Air Umpan Ketel 5-6
merusak katalis dan pada tekanan tinggi natrium sulfit akan menambah padatan
terlarut di air boiler. Oleh sebab itu hydrazine lebih banyak dipakai pada plant yang
menggunakan boiler tekanan tinggi. Jumlah hydrazine yang ditambahkan sama
dengan jumlah oksigen terlarut dan berlebih 100 % untuk menjaga agar kandungan
minimum di air umpan tetap sebesar 0,05 - 0,1 ppm. Hydrazine adalah larutan
beracun dan harus ditangani secara hati-hati.
Selain tujuan-tujuan di atas, pengolahan internal juga harus mencegah korosi
dan pembentukan kerak pada sistem air umpan serta memberikan perlindungan korosi
dalam sistem kondensat-uap.
Penambahan soda kaustik, soda abu atau campuran senyawa-senyawa fosfat
dapat dilakukan untuk mengatasi alkalinitas air yang terlalu rendah.
5.4 Perlakuan terhadap Kondensat (Condensate Treatment)
Perlakuan terhadap kondensat mencakup pengendalian korosi di sistem
kondensat dan perbaikan mutu kondensat (condensate polishing).
Sekalipun kondensat yang diumpankan kembali relatif murni, tetapi mungkin
masih mengandung impurities dari hasil proses korosi, dan erosi, baik yang larut
maupun yang tidak larut. Impurities tersebut dapat berupa mineral-mineral, kesadahan
dan minyak. Condensate polishing dimaksudkan untuk meminimumkan jumlah
impurities tersebut agar dapat mencegah pembentukan kerak pada ketel dan turbin, dan
meminimumkan pengaruh korosif.
Tahap perbaikan kondensat merupakan kombinasi dari tahap filtrasi dan
pertukaran ion. Sistem pertama yang dipakai adalah sistem filtrasi dan pertukaran ion
secara terpisah. Filtrasi digunakan untuk menyaring pengotor tersuspensi dan minyak.
Tahap filtrasi saja sudah cukup memadai jika dipakai untuk menyaring impurities pada
saat start-up dan operasi normal, tetapi jika terjadi kebocoran pada pipa kondensat
sehingga padatan terlarut banyak memasuki kondensat, tahap filtrasi saja tidak cukup
dan dibutuhkan sistem demineralisasi (mix-bed demineralizer) untuk operasi perbaikan.
Alternatif lain yang dapat dipakai adalah penggunaan tahap filtrasi dan demineralisasi
dalam satu alat.
Bab 6 – Pengolahan Air Pendingin 6-1
BAB 6
PENGOLAHAN AIR PENDINGIN
Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar
panas dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Sistem yang dilalui
oleh aliran air pendingin disebut sebagai sistem air pendingin (cooling water system).
Sistem air pendingin dibagi dalam dua jenis, yaitu jenis resirkulasi dan jenis sekalilewat
(once-through). Pada jenis resirkulasi, air pendingin yang telah digunakan,
digunakan kembali untuk keperluan yang sama, sedangkan pada sistem sekali-lewat air
yang telah digunakan langsung dibuang. Jenis resirkulasi dibagi lagi dalam dua jenis,
yaitu resirkulasi terbuka dan resirkulasi tertutup. Pada sistem resirkulasi terbuka
sebagian air yang telah digunakan diuapkan untuk mendinginkan bagian air sisanya.
Pada sistem resirkulasi tertutup, pendinginan kembali tidak dengan cara memanfaatkan
panas laten penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu jenis alat penukar panas.
Pada sub-bab berikut, akan dijelaskan mengenai persyaratan air pendingin serta
metoda pengendalian terhadap masalah yang sering timbul pada sistem air pendingin.
Metoda pengendalian tersebut meliputi sistem air pendingin resirkulasi terbuka, sistem
air pendingin resirkulasi tertutup, dan sistem air pendingin sekali-lewat.
6.1 Persyaratan Air Pendingin
Air pendingin adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas (heat
exchanger) dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Masalah yang
sering timbul dalam sistem air pendingin adalah :
l. terjadinya korosi
2 pembentukan kerak dan deposit
3. terjadinya fouling akibat aktivitas mikroba
Korosi pada Sistem Air Pendingin
Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi pada sistem air pendingin adalah
penyumbatan dan kerusakan pada sistem perpipaan. Kontaminasi produk yang
diinginkan karena adanya kebocoran-kebocoran, dan menurunnya efisiensi perpindahan
panas. Mekanisme sederhana dan beberapa hal yang menyebabkan terjadinya korosi
telah dibahas pada sub bab 5.1.
Pengolahan dan Penyediaan Air
Bab 6 – Pengolahan Air Pendingin 6-2
Pembentukan Kerak dan Deposit pada Sistem Air Pendingin
Gangguan yang ditimbulkan oleh terbentuknya kerak antara lain : penurunan
efisiensi perpindahan panas, naiknya kehilangan tekanan karena naiknya tahanan dalam
pipa serta penyumbatan pada pipa-pipa berukuran kecil.
Fouling pada Sistem Air Pendingin
Menara pendingin (cooling tower) merupakan bagian dari sistem air pendingin
yang memberikan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisma. Algae dapat berkembang dengan baik pada bagian yang cukup
mendapat sinar matahari, sedangkan "lendir" (slime) dapat berkembang pada hampir di
seluruh bagian dari sistem air pendingin ini. Mikroorganisma yang tumbuh dan
berkembang tersebut merupakan deposit (foul) yang dapat mengakibatkan korosi lokal,
penyumbatan dan penurunan efisiensi perpindahan panas.
Sistem Air Pendingin dengan Resirkulasi Terbuka
Sistem resirkulasi terbuka dibahas lebih dulu karena sistem ini memiliki masalah
yang jauh lebih rumit, sehingga masalah dalam sistem ini telah mencakup pula masalah
dalam sistem-sistem yang lain.
Pengolahan dan Penyediaan Air
Bab 6 – Pengolahan Air Pendingin 6-3
6.2.1 Pengendalian Pembentukan Kerak
Pembentukan kerak dipengaruhi oleh jumlah padatan terlarut yang ada di air.
CaCO3 merupakan kerak yang sering ditemui pada sistem air pendingin dan terbentuk
jika kadar Ca dan alkalinitas air terlalu tinggi.
Pengendalian gangguan ini dimaksudkan untuk mencegah pembentukan kerak
CaCO3 dengan menjaga agar kadar Ca dan alkalinitas dalam air sirkulasi cukup rendah,
dan mencegah pengendapan kerak pada permukaan logam. Untuk maksud pertama
dapat ditempuh dua cara, yaitu :
(1) menurunkan siklus konsentrasi air yang bersirkulasi atau
(2) menambah asam, misalnya H2SO4, agar pH air di bawah 7
Untuk maksud kedua dapat digunakan inhibitor kerak berupa chemicals seperti
polifosfat, fosfonat, ester fosfonat dan poliacrylat.
Kecenderungan pembentukan kerak dapat diperkirakan menggunakan Langelier
Saturation Index (LSI) dan Ryznar Stability Index (RSI). Fokus utama penggunaan
kedua index ini adalah untuk mengatur kondisi air pendingin agar tidak membentuk
kerak dan tidak bersifat korosif. Index LSI berharga positif (+) berarti air cenderung
untuk membentuk kerak CaCO3, dan jika berharga negatif (-) air tidak jenuh dengan
CaCO3, cenderung untuk melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif. Identik dengan LSI,
harga RSI lebih kecil dari 6,0 menunjukkan kecenderungan pembentukan kerak dan jika
lebih besar dari 6,0 berarti cenderung untuk melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif
Contoh penggunaan LSl disajikan pada Gambar 6.1. Gambar tersebut dapat dipakai
untuk menghitung pHs, yaitu harga pH dimana air berada dalam kesetimbangan dengan
CaCO3. Perbedaan harga pHs dengan pH menyatakan harga indeks LSI. Tabel 6.2
menyajikan harga indeks LSI dan RSI dan perkiraan kemungkinan yang akan terjadi
pada sistem air pendingin.
6.2.2 Pengendalian Korosi
Pengendalian korosi dilakukan dengan cara menambahkan chemicals yang
berfungsi sebagai inhibitor (penghambat). Inhibitor yang umum dipakai adalah
polifosfat, kromat, dikromat, silikat, nitrat ferrosianida dan molibdat. Dosis inhibitor
yang digunakan harus tepat, karena suatu inhibitor hanya dapat bekerja efektif setelah
kadarnya mencapai harga tertentu. Kadar minimum yang dibutuhkan oleh suatu
inhibitor agar dapat bekerja secara efektif disebut batas kritis.
Pengendalian Pembentukan Fouling dan Penghilangan Padatan Tersuspensi
Pembentukan fouling yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat dicegah atau
dikendalikan menggunakan klorin, klorofenol, garam organometal, ammonium
kuartener, dan berbagai jenis mikrobiosida (biosida). Klorin merupakan chemicals yang
paling banyak dipakai. Dosis pemakaian klorin yang efektif adalah sebesar 0,3 sampai
1,0 ppm. Pengolahan yang tepat diperoleh secara percobaan, karena penggunaan
beberapa biosida secara bersama-sama kadang-kadang memberikan hasil yang lebih
baik dan senyawa-senyawa tersebut acap kali digunakan bersama klorin.
Padatan tersuspensi dalam air merupakan masalah yang cukup serius. Padatan
tersuspensi tersebut dapat menempel pada permukaan perpindahan panas sehingga
mengakibatkan berkurangnya efisiensi perpindahan panas. Salah satu metoda yang
digunakan untuk mengendalikan padatan tersuspensi adalah dengan melakukan filtrasi
secara kontinu terhadap sebagian air yang disirkulasi
Sistem Air Pendingin dengan Resirkulasi Tertutup dan Sistem Air Pendingin
Sekali-Lewat
Sistem air pendingin dengan resirkulasi tertutup membutuhkan sejumlah kecil
air make-up untuk mengurangi gangguan. Air demin atau kondensat uap, biasanya
digunakan sebagai sebagai air make-up.
Pada sistem air pendingin sekali-lewat, tidak ada proses pemekatan. Jika proses
pemekatan tidak terjadi, maka kadar padatan terlarut relatif sama dengan air umpan.
Kekurangan pada sistem ini adalah terjadi kenaikan temperatur, sehingga perlu usaha
untuk menurunkan temperatur tersebut.
Pengolahan seringkali dimaksudkan untuk mencegah atau meminimumkan
kerak atau korosi dan juga berfungsi untuk mengurangi fouling yang disebabkan oleh
padatan tersuspensi dan organisme laut. Chemicals yang digunakan untuk maksud
tersebut identik dengan yang dipakai untuk resirkulasi terbuka, kecuali pada
pengendalian korosi. Pemakaian inhibitor korosi pada sistem ini sama sekali tidak
praktis, sehingga masalah korosi ditangani dengan cara melapisi permukaan peralatan
dengan serat yang diperkuat dengan plastik, semen, atau menggunakan peralatan yang
tahan terhadap korosi.
menjual berbagai macam jenis chemical untuk cooling tower,chiller,evapko,boiler,wwtp ,stp,defoamer anti busa,nutrisi ,oli industri,hydrolik,dozer dll
BalasHapusuntuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di eamil:tommy.transcal@gmail.com
WA:081310849918
terima kasih